POLIPANGKEP.AC.ID, PANGKEP- Inovasi insan vokasi menghadirkan solusi. Melalui program Dana Padanan atau Matching Fund Vokasi 2024, tim dosen dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Polipangkep) menciptakan biodekomposer yang super efektif untuk memulihkan kualitas tanah pertanian di Indonesia.
Produk biodekomposer yang dikembangkan oleh Polipangkep ini menggabungkan bakteri penghasil eksopolisakarida (EPS) dan bakteri dari rhizosfer bambu untuk mempercepat proses dekomposisi limbah pertanian.
Ketua tim pelaksana program, Mu’minah, mengatakan bahwa pengembangan biodekomposer ini dilatarbelakangi oleh kondisi lahan di Indonesia yang mengalami penurunan kandungan bahan organik hingga kurang dari 0,5%. Kondisi ini dampak berdampak pada hasil pertanian dan pada akhirnya kepada para petani
“Jika tidak diatasi, degradasi lahan akan menyebabkan penurunan produktivitas lahan secara signifikan yang berdampak pada hasil panen dan kepada para petani,” ujar Mu’minah, yang juga merupakan dosen pada Program Studi (Prodi) Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura, Jurusan Teknologi Produksi Pertanian, Politani Pangkep.
Pengembangan inovasi biodekomposer ini sendiri merupakan hasil kolaborasi antara Prodi Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura, Jurusan Teknologi Produksi Pertanian, Politani Pangkep dengan mitra industri Inovasi, yakni PT Sentra Tani Sejahtera yang bergerak di bidang sarana produksi pertanian.
Masih menurut Mu’minah, produk biodekomposer ini mampu mempersingkat proses dekomposisi limbah pertanian dari tiga bulan menjadi hanya satu bulan.
“Dengan menjaga kandungan bahan organik tanah dan biodiversitas mikroorganisme, kita tidak hanya mempertahankan kesuburan tanah, tetapi juga mendukung konservasi karbon di dalamnya,” tambah Mu’minah.
Program yang berlangsung selama tujuh bulan ini mengombinasikan riset di Laboratorium Mikrobiologi Tanah Polipangkep dan aplikasi praktis di PT Sentra Tani Sejahtera. Produk biodekomposer ini dirancang untuk diaplikasikan secara luas, mulai dari kompos limbah pertanian hingga produksi skala besar.
Dalam prosesnya, projek ini melibatkan mahasiswa Polipangkep yang secara aktif turut terlibat dalam pengembangan produk ini. Salah satunya adalah Fitri Ayuningsih. Mahasiswa Prodi Teknologi Produksi Tanaman Pangan (TPTP), Politani Pangkep ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman dalam program ini, mulai dari isolasi bakteri hingga pembuatan starter biodekomposer.
“Selama mengikuti program ini saya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru di Laboratorium Mikrobiologi Tanah Politani Pangkep, salah satunya mengetahui bahan-bahan kimia, melakukan pengambilan sampel di rhizofer bambu, melakukan isolasi bakteri dan melakukan pengujian karakter morfologi dan fisiologi bakteri,” kata Fitri.
Selain itu, Fitri mengaku mendapatkan pengalaman untuk melakukan pembuatan starter ketika isolate unggul yang telah melewati tahap pengujian dan difermentasikan selama 4 hari, lalu dibuat produk biodekomposer dan diaplikasikan pada media kompos.
Hal senada juga diungkapkan Arifuddin, mahasiswa TPTP Polipangkep yang mengaku mendapatkan pengalaman untuk membuat formulasi biodekomposer dan memahami bagaimana produk organik dapat diproduksi secara berkelanjutan.
“Hal ini membuka wawasan saya tentang masa depan teknologi pertanian,” ungkapnya.
Ke depannya, produk biodekomposer ini akan diproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri. Dengan dukungan program Matching Fund Vokasi, Polipangkep menunjukkan komitmennya dalam mendorong kolaborasi antara akademisi, industri, dan masyarakat.
Tidak hanya itu, inovasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas lahan. Polipangkep yang tengah menuju pusat Techno-Agro-Maritime telah berupaya memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan teknologi ramah lingkungan dan pertanian berkelanjutan di Indonesia. (Polipangkep/Nan/Cecep)