POLIPANGKEP.AC.ID, PANGKEP — Upaya penurunan angka stunting di Indonesia membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi vokasi. Dengan memanfaatkan berbagai program, sejumlah perguruan tinggi vokasi turut berperan aktif dalam penanganan stunting di Indonesia.
Salah satu perguruan tinggi vokasi yang turut berperan aktif dalam penanganan stunting di Indonesia adalah Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Politani Pangkep). Memanfaatkan program Matching Fund 2023, kolaborasi dosen, mahasiswa, serta industri di Politani Pangkep berupaya bahu-membahu dalam penanganan serta penurunan angka stunting di sejumlah desa di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Dengan kepakaran ilmu yang dimiliki, insan vokasi dari Politani Pangkep berinovasi dan mengembangkan aneka produk olahan dari peternakan, seperti ayam broiler dan burung puyuh yang selama ini banyak terdapat di daerah tersebut.
“Produk peternakan merupakan sumber protein hewani yang harganya cukup terjangkau dibandingkan jenis ternak lain. Itulah mengapa kami berinovasi dengan olahan produk dari bahan-bahan peternakan seperti susu, daging ayam tersebut,” kata ketua tim pelaksana Matching Fund, Alima Bachtiar Abdullahi, beberapa waktu lalu.
Dalam kegiatan Matching Fund Vokasi tahun 2023 ini, Politani Pangkep mengangkat tema terkait dengan “Peningkatan Status Gizi Masyarakat melalui Pemenuhan Gizi Protein Hewani dalam Upaya Percepatan Penurunan Tingkat Stunting di Kabupaten Maros”. Kegiatan ini berupa upaya memberikan contoh pengelolaan usaha peternakan (ayam broiler dan burung puyuh) pada 16 desa/kelurahan yang masing-masing tersebar di 8 desa/kelurahan di Kecamatan Tanralili dan Kecamatan Tompobulu.
“Salah satu kegiatan adalah melakukan pendampingan pengolahan hasil dari ayam broiler dan burung puyuh berupa kaki naga, bakso, serta nugget,” tambah Alima Bachtiar.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menurunkan angka stunting di Kabupaten Maros. Tidak hanya menurunkan angka stunting, program matching fund ini juga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat berupa peningkatan ekonomi, kesehatan, ketahanan pangan melalui pengolahan hasil peternakan.
“Kegiatan ini melibatkan stakeholder stunting mulai dari camat, kepala desa/kelurahan, serta kader penanganan stunting. Program ini juga melibatkan perwakilan dari warga/orang tua masyarakat yang kategori stunting,” tambah Alima.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut, lanjut Alima, berdampak pada stakeholder stunting, di mana mereka memiliki acuan model penanganan stunting melalui perbaikan gizi protein berbasis pertanian terintegrasi berupa pengelolaan usaha ayam broiler dan burung puyuh.
“Warga masyarakat yang kategori stunting mendapatkan sumber protein secara berkelanjutan dari hasil pengelolaan usaha ayam broiler dan burung puyuh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan protein hewani. Selain itu, masyarakat juga dapat membuat diversifikasi produk dari hasil usaha ayam broiler dan burung puyuh seperti kaki naga, bakso, dan nugget,” tambah Alima.
Sebagai informasi, berdasarkan data yang diperoleh selama kegiatan ini adalah masyarakat yang terdampak stunting per Agustus 2023 mencapai 238 orang untuk Kecamatan Tanralili dan di Kecamatan Tompobulu adalah 166 orang. (Politani Pangkep/Nan/Cecep)
( sumber : Dirjen Diksi https://www.vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/kolaborasi-politani-pangkep-atasi-stunting-di-kabupaten-maros )