POLIPANGKEP.AC.ID, PANGKEP — Polipangkep kembali menggelar Seminar Nasional secara hybrid, Rabu (11/10/2023). Seminar nasional ini merupakan agenda tahunan dan salah satu rangkaian peringatan Dies Natalis ke-35 Polipangkep.
Seminar ini mengulas tema “Smart Agriculture in Providing Food to Prevent Stunting. Pertanian Cerdas dalam Menghasilkan Pangan Bergizi untuk Mencegah Stunting”. Tema ini diangkat sebagai upaya untuk memberikan kontribusi terhadap masalah global yaitu pangan.
“Tema ini sangat relevan dengan kondisi sekarang ini, yang kami yakini akan memberikan kontribusi positif dalam perkembangan pertanian berkelanjutan dan persoalan stunting,” pingkas Irwan Gani dalam sambutannya selaku Ketua Panitia Seminar Nasional.
Pembicara utama dalam seminar ini yaitu Dr Kiki Yuliati selaku Dirjen Pendidikan Vokasi yang menggantikan Mas Menteri Nadiem Makarim dan Jusuf Kalla selaku Ketua Umum Palang Merah Indonesia.
Dari kalangan akademisi, pembicara utama yang dihadirkan secara virtual yaitu Prof Bustanul Arifin selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Terdapat pula pembicara utama dari luar negeri, Prof. Avishek Datta yang merupakan Proferssor Bidang Pertanian di Institut Teknologi Asia (AIT), Thailand.
Direktur Polipangkep Darmawan mengungkapkan bahwa ajang ini merupakan wadah untuk bertukar informasi yang dapat melahirkan kolaborasi riset dalam menguatkan bidang pangan.
“Ketersediaan pangan merupakan hal yang harus kita seriusi bersama, apalagi jika dihubungkan dengan lonjakan kasus stunting. Ini merupakan agenda global, bukan hanya di negara kita. Sebagai peneliti yang berkecimpung di Perguruan Tinggi, tentu inovasi dan pemikiran yang kita lakukan bisa menjadi salah satu solusi menyangkut penyediaan pangan sehar dan bergizi melalui pertanian cerdas,” tuturnya.
Darmawan berharap semoga tema yang diangkat dalam seminar ini dapat memberikan kontribusi terhadap inovasi dan teknologi terhadap pengelolaan pangan yang sehat dan berkualitas.
“Mudah-mudahan seminar ini menjadi bagian dalam menguatkan hasil-hasil riset yang telah kita lakukan terutama dalam bidang pangan dan dapat disebarluaskan secara nasional, terlebih hasil penelitian secara kolaboratif terapan yang hasilnya bisa dimanfaatkan secara luas,” harapnya.
Pada kesempatan ini pula, Direktur mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk mensukseskan kegiatan seminar nasional, khususnya kepada para pembicara utama, para pemakalah dan peserta seminar, LPPM Politani Pangkep, sivitas akademika Polipangkep, serta teristimewa kepada Ketua Panitia beserta jajaran panitia yang telah berupaya maksimal dalam menghelat acara.
Kiki Yuliati menyampaikan apresiasi kepada Direktur Polipangkep dan seluruh jajaran yang telah menggagas dan terus berupaya menyelenggarakan seminar nasional.
Lebih lanjut Dirjen Vokasi mengungkapkan Arahan Presiden RI tentang percepatan penurunan stunting menjadi salah satu faktor utama karena makin banyak kasus stunting yang terjadi di Indonesia.
“Oleh karena itu, upaya penurunan stunting harus dilakukan secara bersama-sama, berkontribusi sesuai bidang masing-masing, temasuk bidang pertanian dan pendidikan dengan pendekatan teknologi,” kata dia.
Sejalan dengan itu, pembicara dari Ketua Umum Duta Petani Milenial, Sandi Octa Susila menungkapkan bahwa masyarakat harus mentransformasi paradigma, dari pertanian konvensional menjadi pertanian modern, tentunya dengan melakukan pendekatan teknologi.
“Generasi milenial hari ini harus disadarkan bahwa petani itu bonafide, keren, petani itu kaya, adaptif, dengan membangunkan lingkungan yang positif, dengan pendekatan smart farming,” ungkap Sandi.
Selaku pembicara utama dari kalangan akademisi sekaligus praktisi bidang pertanian, Prof. Bustanul mengungkapkan bahwa tema yang diangkat dalam Semans Polipangkep ini sangat strategis.
“Saya mengapresiasi teman-teman di Polipangkep yang mencoba menghubungkan hulu dan hilir, yaitu produksi pangan dan dampaknya pada stunting balita,” pungkasnya.
Lebih lanjut, ketua Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia ini mengungkapkan trend produksi pangan global yang diprediksikan akan mengalami krisis oleh para ahli. Krisis pangan ini merupakan ancaman baru masa depan berkelanjutan. Perubahan iklim global merupakan determinan awal terjadinya krisis pangan. Oleh karena itu, dampak nyata yang terjadi yaitu harga pangan berupa beras dan gandum sudah naik hingga 600 USD per ton.
Setelah sesi pembicara utama, dilanjutkan dengan sesi pemakalah paralel. Jumlah pemakalah pada seminar kali ini yaitu sebanyak 213 orang presenter dari berbagai instansi dan perguruan tinggi.
Mereka yakni Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Universitas Halu Oleo Kendari; Universitas Mulawarman; Universitas Khairun; Universitas Tomakaka; Universias Negeri Gorontalo; dan Politeknik Negeri Tanah Laut.
Di akhir sesi, dilakukan pemilihan presenter atau pemakalah terbaik di setiap room. Antusiasme pemakalah terlihat dari jumlah yang bertambah dari pelaksanaan seminar tahun sebelumnya. Diharapkan agar para peneliti dapat berkontribusi mempublikasikan hasil risetnya untuk memberikan solusi bagi permasalahan pangan dan stunting dalam seminar ini.
(MAN)